Minggu, 20 Maret 2016

DIBALIK KESUKSESAN CHINA




China (Republik Rakyat China) menjadi salah satu negara superpower baru di era ini. China menjadi perwakilan Asia yang menduduki Dewan Keamanan Tetap PBB. Selain itu, China juga merupakan negara “bernuklir” dengan memiliki tentara terbesar di dunia dengan anggaran militer ke-4 terbesar setelah Amerika, Prancis dan Inggris. Selama tahun 1980 sampai 2005, pertumbuhan rata-rata ekonomi China lebih dari 10% (jauh melampau pertumbuhan ekonomi dunia). Ini membawa China sebagai negara dengan pertumbuhan ekonomi terdashyat di abad ini. China saat ini menduduki posisi ke-2 dalam jumlah ekspornya dan urutan ke-3 dari jumlah impor.
       Keberhasilan negara tirai bambu ini tidak terlepas dari sejarah panjang kebudayaan China yang telah berusia ribuan tahun. Sejarah mencatat kemajuan China naik-turun dalam kancah internasional. China pernah memiliki kebudayaan yang sangat maju di masa peradaban Huang Ho dan Yang Tze, serta kemajuan di Dinasti Chin. China pernah terburuk selama ratusan tahun, hingga akhirnya bangkit kembali setelah reformasi ekonomi oleh para founding fathernya. Sampai saat ini, mayoritas rakyat China menjunjung tinggi para pendiri negaranya.
       Kesuksesan  negara dengan penduduk terbesar di dunia dunia di abad 21 saat ini atas tekad dan kekonsistenan para pemimpin China dalam membangun Zhung Quo (Pusat Peradaban). Sejak reformasi ekonomi di tahun 1978, tingkat kemiskinan penduduk China turun dari 53% di tahun 1981 menjadi 8% di tahun 2001. Di tahun 2008 ini, China telah memasuki usia 30 tahun sejak reformasi ekonomi 1978 yang “mengancam” eksistensi hegemoni Barat di dunia.
Berikut peristiwa penting yang membawa kemajuan China:
 1978 : Partai Komunis China (Chinese Communist Party) meluncurkan kembali reformasi dibawah Presiden Deng Xiao Ping, dua tahun setelah pemimpin utama komunis Mao Ze Dong meninggal. China mulai menerapkan “household-responsibility system” di pedesaan, dengan memberikan hak milik produk pertanian untuk pertama kalinya.
1979 : Kebijakan “1 Orang Anak” diterapkan untuk meredam laju pertumbuhan penduduk.
Kembalinya hubungan diplomatik dengan USA.
1980 : Kota Shen Zhen Selatan menjadi kota pertama “Zona Ekonomi Khusus” dengan kebijakan pasar yang lebih fleksibel.
Dan di tahun yang sama daerah perikanan ini berubah menjadi pusat perkapalan dan manufaktur.
1986 : Aksi demonstasi mahasiswa memprotes korupsi dan pengekangan politik terjadi di Beijing dan kota-kota lainnya.
1988 : Krisis ekonomi terjadi mengakibatkan inflasi di kota-kota mencapai 30%.
1989 : Protes menentang pemerintah dan menuntut pembubaran partai berlangsung. Partai Komunis mengerahkan sejumlah kendaraan berat untuk menghentikan aksi para mahasiswa pada 3-4 Juni 1989.  Ratusan orang mati tergilas kendaraan berat di Lapangan Tiananmen, Beijing.
1990 : Bursa Saham Sanghai (Sanghai Stock Exchange) dibuka untuk pertama kalinya di China.
1992 : Presiden Deng melakukan kunjungan ke selatan China untuk mendesak percepatan reformasi ekonomi dan mengakhiri pengaruh Partai konservatif yang menentang liberalisasi pasar.
1996 : China memperbolehkan transaksi valuta asing terhadap mata uang yuan.
1997 : Deng Xiaoping meninggal bulan Februari. Penerusnya adalah Jiang Zemin.
Hongkong reunifikasi pada Juli 1997.
1998 : China mengeluarkan $ 500 milyar untuk likuidasi sektor perbankan guna menyelematkan perbankan hancur.
1999 : Bulan Mei pemprotes China mengepung dan melempar batu ke Kedutaan USA di Beijing dan kantor konsulat USA dipenjuru negara China. Protes ini berujung dari serangan bom NATO di kedutaaan China di Belgrade,Serbia.
2001 : China bergabung dengan WTO.
2002: Partai Komunis China memperbolehkan pengusaha masuk partai.
2003 : Kongres Rakyat Nasional menetapkan Hu Jintao sebagai pengganti Presiden Jian Zemin.
SARS menyebar luas di China.
Oktober, untuk pertama kali China mengirim manusia ke luar angkasa dari Gurun Gobi. (Negara ke-3 setelah Amerika dan Rusia yang mengirimkan manusia ke luar angkasa)
2005 : China menyalip ekonomi Inggris, Prancis dan Italy dan menjadikan China sebagai negara dengan kekuatan ekonomi ke-4 terbesar di dunia.
China melepaskan pergerakan yuan terhadap dollar.
2006 : 2 maha proyek kontroversial, “Bendungan 3 Lembah” dan “Rel ke Tibet” selesai.
Cadangan devisa China terbesar di dunia, mencapai US$ 1 triliun (>Rp 10.000 triliun).
2008 : China sukses menyelenggarakan Olimpiade 2008 Beijing yang terbesar sepanjang sejarah.
Keberadaan China dengan perekonomian yang tinggi tentu membawa pengaruh China pada hierarki internasional di berbagai sektor. Selain memberikan kontribusi positif pada perekonomian di tingkat global, China juga turut aktif berpengaruh pada rezim internasional yang ada. Integrasi China dalam ekonomi global dengan populasi penduduk yang mencapai seperlima populasi dunia dapat dikatakan turut meningkatkan integrasi global dalam sistem perdagangan. Pengaruh China dalam dunia global dapat dilihat dengan meningkatnya persaingan produksi barang murah oleh China yang menciptakan ketidakseimbangan dalam perekonomian global, meningkatnya harga komoditas sebagai akibat dari besarnya permintaan yang diciptakan oleh China, dan juga meningkatnya emisi rumah kaca seiring dengan meningkatnya industrialisasi di China (Golley&Song, 2011). Dalam hubungannya dengan negara lain, China memiliki cara tersediri yang tidak dapat diprediksi secara signifikan. Johnston (2013)menjelaskan secara singkat bahwa China akan cenderung mengikuti perjanjian dan hubungan dengan negara lain yang memberikan keuntungan bagi negaranya. China turut menyadari bahwa legitimasi dari negara lain akan didapatkan jika ia mempunyai hubungan dengan negara tersebut.
            Dapat disimpulkan bahwasannya China sebagai negara dengan GDP tertinggi nomor dua di dunia merupakan negara yang pernah mengalami naik turun di bidang ekonomi. Meskipun China pernah menjadi negara dengan perekonomian dan tekhnologi yang memimpin pada sekitar tahun 1200, namun China pernah pula menjadi negara yang teramat miskin di dunia karena sistem pemerintahannya yang dinilai gagal. China baru bangkit kembali mengejar perekonomian dunia pada sekitar tahun 1952 setelah memutuskan untuk meninggalkan ideologi Konfusianisme dan beralih ke Komunisme. Ideologi Konfusianisme dinilai terlalu menghalangi perkembangan perekonomian China dengan tradisinya yang kaku. Dengan Komunisme China mulai membangun kebijakan-kebijakan baru yang mendorong munculnya industrialisasi setelah setelah sebelumnya melakukan isolasionisme. Industrialisasi ini menjadi langkah awal kemajuan China yang pada akhirnya berhasil mencapai peningkatan GDP yang cukup pesat. Hal ini tidak dapat dipungkiri juga mengambil peran pemerintah dalam pembuatan kebijakan ekonomi di China. Penulis berasumsi bahwasannya peran pemerintah dalam upaya peningkatan perekonomian negara tidak dapat secara keseluruhan diabaikan. Pemerintah harus diberikan celah untuk campur tangan dalam perekonomian negara dan pasar. Sehingga keseimbangan pasar dan pemerintah akan mendorong pada kestabilan perekonomian negara.
Majunya perekonomian Cina tidak akan lepas dari tokoh Deng Xiaoping yang melakukan kebijakan reformasi dan loncatan jauh kedepan hasil pemikiran Mao Tse Tung. Deng merupakan tokoh komunis sama seperti Mao Tse Tung yang menjadi presiden namun, dalam hal ekonomi Deng adalah orang yang berpandangan “kapitalis” bukan berpandangan komunis yang Mao harapkan. Namun pada akhirnya Deng dapat membuktikan keberhasilan ekonomi Cina.

Cina yang berada di bawah kepemimpinan Mao dengan faham komunis dalam perekonomiannya, terjadi polarisasi sosial yang ekstrim antara si kaya dan si miskin. Harry Magdoff dan John Bellamy Foster, berpendapat mengenai perekonomian Cina ini, bahwa pada akhir tahun 1970-an, Cina sukses membangun struktur masyarakat yang paling egaliter di dunia dalam pengertian distribusi pendapatan dan pemenuhan akan kebutuhan dasar. Ada dua soal utama penyebab hal ini terjadi, yaitu pertama, sistem politik yang tertutup, yang tidak akomodatif terhadap aspirasi dari bawah, menyebabkan tersumbatnya inovasi-inovasi baru sesuai dengan perkembangan masyarakat. Penyebab kedua, yang berkoinsidensi dengan kebijakan politik yang tertutup, adalah situasi politik Perang Dingin saat itu.

Sebagai sebuah rejim yang menantang dominasi rejim kapitalis, Cina menerima resiko pemboikotan dan isolasi ekonomi terhadap perdagangan luar negerinya. Kondisi inilah yang memaksa Mao meluncurkan kebijakan “Lompatan Jauh ke Depan” untuk memobilisasi sumberdaya internal guna memenuhi kebutuhannya. Di samping itu, isolasi dan boikot tersebut, memunculkan perdebatan luas di kalangan internal partai menyangkut jalan pembangunan Cina yakni, antara mereka yang disebut “kelompok kiri/leftist” dengan “para pejalan kapitalis/capitalist roader.”

Selain menjalankan reformasi ekonomi, Cina juga menjalankan kebijakan membuka diri terhadap dunia internasional yang sangat mempengaruhi Cina dalam proses modernisasi. Dengan membuka diri maka Cina dapat memenuhi keperluan dalam proses modernisasi dengan jumlah besar, seperti modal, teknologi, prasarana dan manajemen modern yang lebih maju. Pada tahun 1970-an saat terjadinya reformasi ekonomi Cina juga sedang bersaing dengan negara di Asia lainnya dalam hal memproduksi barang yang pada akhirnya dapat menyatakan diri siap menampung relokasi industri- industri tersebut dan menawarkan insentif guna menarik berbagai investasi asing langsung (FDI). Semakin banyak investor datang ke China oleh karena faktor kekayaan sumber alam, upah buruh yang murah, serta potensi pasar yang besar.

Dalam hal membuka diri ini, Cina melakukannya dengan cara bertahap dari daerah pesisir ke daerah pedalaman yang terbagi dalam tiga tahap, yaitu :

1.  Tahap pertama, percobaan Special Economic Zone (SEZs) diterapkan pada permulaan tahun 1979. China mendirikan 4 SEZs di wilayah tenggara yang berbatasan dengan Hongkong, Makao, dan Taiwan. Hal ini menjadikan mereka sangat tertarik untuk menanamkan investasi.

2.  Tahap kedua, merupakan tahap membuka diri sepenuhnya dari SEZs, Cina memperluas kebijakan membuka diri ke seluruh kota-kota pelabuhan pada pertengahan 1980an, dan mendirikan 14 Zona Pembangunan Ekonomi dan Teknologi (Economic and Technology Development Zones-ETDZ), di mana kebijakan-kebijakan khusus sebagaimana diterapkan terhadap SEZs juga diberlakukan.

3.  Tahap ketiga, merupakan era WTO China masuk menjadi anggota WTO tahun 2001 yang berarti bahwa perekonomian Cina telah sepenuhnya terintegrasi kepada ekonomi dunia. Di tahun-tahun kedepan, akan lebih banyak lagi sektor-sektor ekonomi Cina yang dibuka untuk investor asing, serta meningkatnya perusahaan-perusahaan Cina yang sudah dikenal secara internasional serta siap untuk berkompetisi dengan pesaing-pesaing global di pasar internasional.

Dampak dari Perkembangan Perekonomian Cina

Dampak dari adanya reformasi ekonomi Cina yaitu meningkatnya ekspor Cina dari 18, 27 milyar dollar AS pada tahun 1980 menjadi 151, 1 milyar dollar AS pada tahun 1996, meningkat 8, 27 kali. Jumlah impor dan ekspor Cina pada 1997 mencapai 325 milyar dollar AS sehingga menempatkan Cina pada urutan kesembilan di antara negara-negara dagang yang paling berhasil di dunia.

Selain itu Cina juga sejak tahun 1980 telah menerima banyak daftar perusahaan dan kantor perwakilan asing dalam bidang perdagngan dan departemen industri. Keberhasilan yang dicapai oleh Cina bukan saja karena factor penguasa ataupun penggerak, melainkan dari diri masyarakatnya sendiri. Dapat terlihat hampir di setiap tempat yang terdapat migrant asal Cina, mereka akan menjadi seorang pengusaha atau pebisnis yang sukses. Dorongan dalam diri masyarakat Cina itu sendiri yang pada akhirnya menjadikan perekonomian Cina sekarang ini menjadi “penguasa” dalam hal perekonomian dunia. 

Oleh karena ukurannya yang amat luas dan budaya yang amat panjang sejarahnya, RRC mempunyai tradisi sebagai sebuah negara penguasa ekonomi. Dalam kata Ming Zeng, profesor pengurus di Shanghai, Dalam sebagian statistik, pada pengujung abad ke 16 sekalipun, RRC mempunyai sepertiga PDB. Amerika Serikat yang gagah pada masa kini hanya mempunyai 20%. Jadi, jika Anda membuat perbandingan sejarah ini, tiga atau empat ratus tahun terdahulu, Cina tentulah kuasa terbesar dunia. Percobaan mewujudkan kembali keadaan yang membanggakan ini sudah tentu adalah salah suatu tujuan orang Cina. Maka tidak mengherankan fenomena kebanjiran orang bukan Cina dunia yang lain mau mempelajari Bahasa Cina ini dan kegeraman Amerika dan Barat terhadap Cina secara umum terjadi pada skenario politik dunia pada hari ini.