Sabtu, 14 Maret 2015

5 hadis-hadis palsu seputar Ramadhan



Berikut 5 hadis-hadis palsu seputar ramadhan yang dirangkum dan dikutip dari buku Hadis-hadis Palsu Seputar Ramadhan di karang oleh Prof. Ali Mustafa Yaqub, M.A.
1.       Ramadhan diawali Rahmat
Hadis ini selengkapnya seperi yang polpuler di masyarakat adalah, “bukan ramadhan di awali rahmat, tengahnya ampunan, dan akhirnya pembebasan daru neraka”.hadis ini di riwayatkan oleh al-uqaili, ibn ady, al-khatib, al-bagdadi, al-dailami dan ibn asakir. Menurut syeikh Muhammad nasirudin al-albani, hadis ini dilainnya munkar, yaitu hadis yang di dalam sanatnya terdapat rawi yang parah kekuatan hafalannya, pelupa, atau sering melakukan maksiat (fasiq). Hadis munkar adalah termasuk hadis yang dikategorikan sangat lemah dan tidak bisa dijadikan hujjah. Ia menempati ranking ketiga dalam kedhaifan hadis-hadis yang paling parah urutannya sesudah hadis matruk(semi palsu) dan maudhu (palsu).
Sumber kelemahan hadis ini adalah adanya dua orang rawi dalam sanatnya, masing-masing bernama sallam bin sawwar dan maslamah bin al-shalt. Menurut kritikus hadis ibnu ady (w.365H), sallam bin sawwar nama lengkapnya adalah sallam bin sulaiman bin sawwar, adalah munkar al-hadis. Sedangkah maslamah bin al-shalt adalah matruk. Secara etimologis matruk berarti ditinggalkan. Sedangkan menurut disiplin ilmu hadis, matruk adalah rawi yang sehari-harinya pendusta dan ketika meriwayatkan hadis ia dituduh dusta. Hadis yang rawinya seperti itu disebut hadis matruk. Hadis matruk adalah adik hadis maudhu (palsu), karna kedua-duanya lahir dari rawi yang pendusta.
Hadis ini juga di riwayatkan oleh imam ibnu khuzaimah dengan redaksi yang sangat panjang. Didalam sanatnya terdapat rawi yang bernama ali bin zaid bin ju’dan laisa bi hujjah (tidak dapat dijadikan hujjah). Menurut imam abu zur’ah, ali bin zaid bin ju’dan laisa bi qawwi (tidak kuat hadisnya). Dan begitu pula menurut imam-imam yang lain.
Dalam kaidah ilmu kritik rawi hadis (ilmu al-jarb wa al-ta’dil), rawi yang mendapatkan penilaian seperti yang diatas tadi, apabila ia meriwayatkan hadis, maka hadisnya tidak dapat dijadikan dalil dalam agama.

2.       Tidak makan kecuali lapar
                Hadis ini lengkapnya adalah , “kami adalah orang-orang yang tidak makan sehingga lapar dan apabila kami makan, kami tidak sampai kenyang”. Hadis ini sangat popular dalam ceramah-ceramah ramadhan. Dan ternyata itu bukan hadis. Dalam kitab al-rahmah fi al-thibb wa al-hikmah karya imam al-suyuthi disebutkan bahwa ungkapan tersebut adalah perkataan seorang dokter dari sudan.
Kisahnya begini, ada empat orang dokter ahli berkumpul di istana kisra Persia. Kisra adalah sebutan untuk raja-raja imperium Persia. Empat dokter ini masing-masing berasal dari irak, romawi, india dan sudan. Diatara keempat dokter ini yang paling cerdas adalah dokter dari sudan. Kepada keempat dokter ini, kisra minta resep obat-obatan yang paling manjur dan tidak membawa efek sampingan. Dokter dari irak mengatakan bahwa obat yang tidak membawa efek samping adalah minum air hangat tidak teguk setiap pagi ketika bangun tidur. Dokter dari romawi mengatakan bahwa obat yang tidak membawa efek samping adalah menelan biji rasyad (sejenis sayuran) setiap hari. Sedangkan dokter yang dari india mengatakan bahwa obat yang tidak membawa akibat sampingan adalah memakan tiga biji ihlilaj yang hitam tiap hari. Ihlilaj adalah sejenis gandum yang tumbuh di india, afganistan dan cina.       
Ketika tiba giliran dokter dari sudan untuk berbicara, dia diam saja. Kisra kemudian bertanya kepadanya, “mengapa kamu diam saja?” ia menjawab, “wahai tuanku, air hangat itu dapat menghilangkan lemak ginjal dan menurunkan lambung. Biji rasyad dapat membikin kering jaringan tubuh. Sedangkan ihlilaj juga dapat membikin kering jaringan tubuh lain”. “kalau begitu menurut kamu, obat apa yang tidak mengandung akibat sampingan?”, Tanya kisra kepadanya. Dokter dari sudan itu menjawab, “wahai tuanku, obat yang tidak mengandung akibat sampingan adalah anda tidak makan kecuali sudah lapar. Dan apabila anda makan, angkatlah tangan anda sebelum anda merasa kenyang. Apabila hal itu anda lakukan, maka anda tidak akan terkena penyakit kecuali penyakit mati”. Mendengar jawaban dari dokter sudan itu dokter-dokter yang lain membenarkannya.
                Demikian penuturan imam al-suyuti. Oleh karena itu apabila ungkapan tersebut diklaim berasal dari Nasi SAW, maka ia menjadi hadis palsu.

3.       Ramadhan setahun penuh
Teks hadis ini adalah, “seandainya umatku mengetahui pahala ibadah pada bulan ramadhan, niscaya mereka menginginkan agar setahun mejadi ramadhan semua. “hadis ini merupakan penggalan dari hadis yang sangat panjang  yang diriwayatkan oleh imam ibn khuzaimah, imam abu ya’la, imam al-baihaqi dan imam al-najjar, kemudian dinukil oleh imam al-mundziri dalam kitabnya al-targhib wa al-tarhib. Hadis ini di dalam sanadnya terdapat rawi yang bernama jarir bin ayyub al-bajali yang oleh para ulsms kritikus hadis dinilai sebagai pemalsu hadis. Maka dengan demikian, haids ini masuk dalam ketgori hadis maudhu (palsu) atau minimal matruk (semi palsu).

4.       Tidurnya orang yang berpuasa adalah ibadah
Teks hadis ini adalah, “tidurnya orang yang berpuasa itu ibadah, diamnya adalah tasbih, amalnya dilipat gandakan (pahalanya), doanya dikabulkan dan dosanya diampuni”. Hadis ini diriwayatkan oleh imam al-baihaqi dari Abdullah bin aufa al-aslami. Didalam sanadnya terdapat rawi-rawi lemah. Dan yang paling parah kelemahanya adalah rawi yang bernama sulaiman bin umar al-nakha’I yang menurut al-hafidh al-iraqi ia adalah seorang pendusta. Karenanya, hadis tersebut nilainya maudhu (palsu) atau sekurang-kurangnya matruk (semi palsu).
                Hadis ini sangat berpengaruh bagi perilaku orang-orang yang berpuasa, sehingga mereka pada siang hari malas beraktifitas dan memilih tidur karena menganggap tidurnya itu suatu ibadah.

5.       Shalat terawih delapan rakaat
Teks hadis ini adalah, “rasulullah Saw melakukan shalat pada bulan ramadhan sebanyak delapan rakaat dan witir”. Hadis ini diriwayatkan oleh ja’far bin humaid sebagaimana dikutip kembali lengkap dengan sanadnya oleh al-dzahabi dalam kitabnya mizan al-I’tidal dan imam abn hibban dalam kitabnya shahih ibn hibban dari jabir bin Abdullah. Dalam sanadnya terdapat rawi yang bernama ‘isa bin jariyah yang menurut imam ibnu ma’in, adalah munkar al-hadis (hadis-hadis munkar). Sedangkan menurut imam al-nasa’I, ‘isa bin jariyah adalah matruk (pendusta). Karenanya, hadis shalat tarawih dalapan rakaat adalah hadis matruk (semi palsu) karena rawinya pendusta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar