Berikut 5 hadis-hadis
palsu seputar ramadhan yang dirangkum dan dikutip dari buku Hadis-hadis Palsu Seputar Ramadhan di karang
oleh Prof. Ali Mustafa Yaqub, M.A.
1. Ramadhan diawali Rahmat
Hadis ini
selengkapnya seperi yang polpuler di masyarakat adalah, “bukan ramadhan di
awali rahmat, tengahnya ampunan, dan akhirnya pembebasan daru neraka”.hadis ini
di riwayatkan oleh al-uqaili, ibn ady, al-khatib, al-bagdadi, al-dailami dan
ibn asakir. Menurut syeikh Muhammad nasirudin al-albani, hadis ini dilainnya
munkar, yaitu hadis yang di dalam sanatnya terdapat rawi yang parah kekuatan
hafalannya, pelupa, atau sering melakukan maksiat (fasiq). Hadis munkar adalah
termasuk hadis yang dikategorikan sangat lemah dan tidak bisa dijadikan hujjah.
Ia menempati ranking ketiga dalam kedhaifan hadis-hadis yang paling parah
urutannya sesudah hadis matruk(semi palsu) dan maudhu (palsu).
Sumber kelemahan
hadis ini adalah adanya dua orang rawi dalam sanatnya, masing-masing bernama
sallam bin sawwar dan maslamah bin al-shalt. Menurut kritikus hadis ibnu ady
(w.365H), sallam bin sawwar nama lengkapnya adalah sallam bin sulaiman bin
sawwar, adalah munkar al-hadis. Sedangkah maslamah bin al-shalt adalah matruk. Secara
etimologis matruk berarti ditinggalkan. Sedangkan menurut disiplin ilmu hadis,
matruk adalah rawi yang sehari-harinya pendusta dan ketika meriwayatkan hadis
ia dituduh dusta. Hadis yang rawinya seperti itu disebut hadis matruk. Hadis matruk
adalah adik hadis maudhu (palsu), karna kedua-duanya lahir dari rawi yang
pendusta.
Hadis ini juga di
riwayatkan oleh imam ibnu khuzaimah dengan redaksi yang sangat panjang. Didalam
sanatnya terdapat rawi yang bernama ali bin zaid bin ju’dan laisa bi hujjah
(tidak dapat dijadikan hujjah). Menurut imam abu zur’ah, ali bin zaid bin ju’dan
laisa bi qawwi (tidak kuat hadisnya). Dan begitu pula menurut imam-imam yang
lain.
Dalam kaidah ilmu
kritik rawi hadis (ilmu al-jarb wa al-ta’dil), rawi yang mendapatkan penilaian
seperti yang diatas tadi, apabila ia meriwayatkan hadis, maka hadisnya tidak
dapat dijadikan dalil dalam agama.
2. Tidak makan kecuali lapar
Hadis
ini lengkapnya adalah , “kami adalah orang-orang yang tidak makan sehingga lapar
dan apabila kami makan, kami tidak sampai kenyang”. Hadis ini sangat popular dalam
ceramah-ceramah ramadhan. Dan ternyata itu bukan hadis. Dalam kitab al-rahmah
fi al-thibb wa al-hikmah karya imam al-suyuthi disebutkan bahwa ungkapan
tersebut adalah perkataan seorang dokter dari sudan.
Kisahnya begini,
ada empat orang dokter ahli berkumpul di istana kisra Persia. Kisra adalah
sebutan untuk raja-raja imperium Persia. Empat dokter ini masing-masing berasal
dari irak, romawi, india dan sudan. Diatara keempat dokter ini yang paling
cerdas adalah dokter dari sudan. Kepada keempat dokter ini, kisra minta resep
obat-obatan yang paling manjur dan tidak membawa efek sampingan. Dokter dari
irak mengatakan bahwa obat yang tidak membawa efek samping adalah minum air
hangat tidak teguk setiap pagi ketika bangun tidur. Dokter dari romawi
mengatakan bahwa obat yang tidak membawa efek samping adalah menelan biji
rasyad (sejenis sayuran) setiap hari. Sedangkan dokter yang dari india
mengatakan bahwa obat yang tidak membawa akibat sampingan adalah memakan tiga
biji ihlilaj yang hitam tiap hari. Ihlilaj adalah sejenis gandum yang tumbuh di
india, afganistan dan cina.
Ketika tiba giliran
dokter dari sudan untuk berbicara, dia diam saja. Kisra kemudian bertanya
kepadanya, “mengapa kamu diam saja?” ia menjawab, “wahai tuanku, air hangat itu
dapat menghilangkan lemak ginjal dan menurunkan lambung. Biji rasyad dapat
membikin kering jaringan tubuh. Sedangkan ihlilaj juga dapat membikin kering
jaringan tubuh lain”. “kalau begitu menurut kamu, obat apa yang tidak
mengandung akibat sampingan?”, Tanya kisra kepadanya. Dokter dari sudan itu
menjawab, “wahai tuanku, obat yang tidak mengandung akibat sampingan adalah
anda tidak makan kecuali sudah lapar. Dan apabila anda makan, angkatlah tangan
anda sebelum anda merasa kenyang. Apabila hal itu anda lakukan, maka anda tidak
akan terkena penyakit kecuali penyakit mati”. Mendengar jawaban dari dokter
sudan itu dokter-dokter yang lain membenarkannya.
Demikian
penuturan imam al-suyuti. Oleh karena itu apabila ungkapan tersebut diklaim
berasal dari Nasi SAW, maka ia menjadi hadis palsu.
3. Ramadhan setahun penuh
Teks hadis ini
adalah, “seandainya umatku mengetahui pahala ibadah pada bulan ramadhan,
niscaya mereka menginginkan agar setahun mejadi ramadhan semua. “hadis ini
merupakan penggalan dari hadis yang sangat panjang yang diriwayatkan oleh imam ibn khuzaimah,
imam abu ya’la, imam al-baihaqi dan imam al-najjar, kemudian dinukil oleh imam
al-mundziri dalam kitabnya al-targhib wa al-tarhib. Hadis ini di dalam sanadnya
terdapat rawi yang bernama jarir bin ayyub al-bajali yang oleh para ulsms
kritikus hadis dinilai sebagai pemalsu hadis. Maka dengan demikian, haids ini
masuk dalam ketgori hadis maudhu (palsu) atau minimal matruk (semi palsu).
4. Tidurnya orang yang berpuasa adalah ibadah
Teks hadis ini adalah,
“tidurnya orang yang berpuasa itu ibadah, diamnya adalah tasbih, amalnya
dilipat gandakan (pahalanya), doanya dikabulkan dan dosanya diampuni”. Hadis
ini diriwayatkan oleh imam al-baihaqi dari Abdullah bin aufa al-aslami. Didalam
sanadnya terdapat rawi-rawi lemah. Dan yang paling parah kelemahanya adalah
rawi yang bernama sulaiman bin umar al-nakha’I yang menurut al-hafidh al-iraqi
ia adalah seorang pendusta. Karenanya, hadis tersebut nilainya maudhu (palsu)
atau sekurang-kurangnya matruk (semi palsu).
Hadis
ini sangat berpengaruh bagi perilaku orang-orang yang berpuasa, sehingga mereka
pada siang hari malas beraktifitas dan memilih tidur karena menganggap tidurnya
itu suatu ibadah.
5. Shalat terawih delapan rakaat
Teks hadis ini adalah, “rasulullah Saw
melakukan shalat pada bulan ramadhan sebanyak delapan rakaat dan witir”. Hadis ini
diriwayatkan oleh ja’far bin humaid sebagaimana dikutip kembali lengkap dengan
sanadnya oleh al-dzahabi dalam kitabnya mizan al-I’tidal dan imam abn hibban
dalam kitabnya shahih ibn hibban dari jabir bin Abdullah. Dalam sanadnya
terdapat rawi yang bernama ‘isa bin jariyah yang menurut imam ibnu ma’in,
adalah munkar al-hadis (hadis-hadis munkar). Sedangkan menurut imam al-nasa’I, ‘isa
bin jariyah adalah matruk (pendusta). Karenanya, hadis shalat tarawih dalapan
rakaat adalah hadis matruk (semi palsu) karena rawinya pendusta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar