Minggu, 10 Mei 2015

KUNJUNGAN MUSEUM PETA



TUGAS PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (SOFTSKILL)
DOSEN: IBU METI NURHAYATI



Description: preview_html_m49d9d66c.png



Tugas Kelompok Mengunjungi Museum PETA
2EA18

Nama anggota:
Agung Nur Prabowo
Indri Sugiastiwi
Jazmi Karami
Miftahul Fauzan
Nadiyah Haniyati Farhana
Niken Aulia Hasanah
Wati Mekar Sari

Depok, Indonesia
2014- 2015

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan atas kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan Laporan Kunjungan, walaupun masih banyak kekurangan.
Laporan ini saya susun berdasarkan kegiatan yang dilaksanakan di Museum PETA (Pembela Tanah Air) Bogor untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh Dosen Pendidikan Kewarganegaraan (Softskill) Ibu Meti Nurhayati.
Saya menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu saya berharap kepada ibu Meti Nurhayati dan pembaca untuk memberikan saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan lebih lanjut.

Demikian laporan ini saya buat semoga bermanfaat bagi kita semua. Terima kasih.









Depok, 26 April 2015


Indri Sugiastiwi








Daftar Isi

Halaman judul .................................................................................................................... i
Prakata ..............................................................................................................................ii
Daftar Isi ......................................................................................................................3
Pendahuluan    ......................................................................................................................... 4
Isi    .......................................................................................................................................... 5
Penutup  ................................................................................................................................. 17
Daftar Pustaka ......................................................................................................................  18

























BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang:

Pembangunan Monumen dan Museum PETA ini dimulai pada tanggal 14 November 1993, dengan peletakan batu pertama oleh Wakil Presiden RI yang juga merupakan sesepuh YAPETA yaitu Umar Wirahadikusumah.Pembangunan tersebut memakan waktu kurang lebih 2 tahun dan diresmikan oleh Presiden RI H.M. Soeharto pada tanggal 18 Desember 1995.Didalam komplek Monumen dan Museum PETA dibagian belakang terdapat Monumen dimana berdiri sebuah patung Jenderal Sudirman sebagai perwira PETA.

Pada dinding yang berbentuk setengah lingkaran tercantum nama-nama perwira tentara PETA dari seluruh Jawa, Madura dan Bali serta Sumatera.Pada bagian luar dinding monumen, telah dibuat relief sejarah PETA.Sedangkan di dalam dua ruangan museum terdapat 14 diorama dengan adegan-adegan dari jalannya sejarah PETA dalam perjuangan menuju kemerdekaan tanah air. Adegan-adegan ini berbentuk tiga dimensi dan didukung dengan suara yang melatar-belakangi suasana kejadian-kejadian yang diwujudkan oleh masing-masing diorama.

Museum ini menempati dua ruangan di sebuah gedung dan halaman di Kompleks Pusdikzi TNI-AD, sekitar 500 m arah dari Istana Bogor. Lokasi Monumen dan Museum PETA ini berada di sebelah kiri Jalan Jenderal Sudirman jika dari arah Istana Bogor, di gedung No.35, dengan patung Jenderal Sudirman dan Sudancho Supriadi terlihat gagah berdiri di halam depan gedung, ditemani dua buah tank.

Tujuan dan manfaat:
Tujuan dan manfaat dari pembuatan makalah adalah:
1. Memenuhi Tugas Softskill yang diberikan Dosen
2. Mengetahui sejarah secara langsung dengan cara observasi ke tempat museum dan diceritakan secara langsung oleh ibu pemandu yang ada disana
3. Mengetahui sejarah terbentuknya TNI yang dulunya bernama BKR


BAB II
ISI

Menurut sejarahnya pembentukan PETA dimulai di tahun 1943 setelah di tanggal 3 Oktober 1943 keluar osamu seirei(Dekrit) No.44 tahun 1943 yang mensahkan pembentukan tentara PETA.bagi pemerintah pendudukan Jepang pembentukkan tentara PETA sebagai alat mempertahankan wilayahnaya terutama di Indonesia dari serbuan tentara sekutu sedang bagi pimpinan pergerakan kmeerdekaan indonesia mereka mendukung pembentukkan tentara PETA karena melihat Indonesia ketika merdeka membutuhkan tentara yang pofesional terlatih untuk mempertahankan kemerdekaan dan keselamatan rakyatnya dan PETA mereka lihat sebagai sarana mencapai tujuan itu.

Akhirnya Pemerintah pendudukan Jepang memilih kota Bogor sebagai pusat tempat pelatihan tentara PETA yang disebut Jawa Boei Giyugun Kanbu Kyo Iku Tai (Pusat Pendidikan Perwira Tentara Sukarela Pembela Tanah Air) dan berdiri diatas bekas tangsi dan markas tentara KNIL (Koninklijik Nederlands Indische Leger) pelatihan tentara PETA berlangsung selama 3-4 bulan setelah lulus pelatihan mereka kembali ke daerahnya masing-masing.

Untuk mengingatkan generasi muda akan kisah perjuangan PETA dan mengenang tentara PETA yang telah gugur dalam perjuangan maupun yang telah dipanggil Yang maha Kuasa karena faktor usia maka didirikanlah museum PETA atas prakarsa YAPETA (yayasan Pembela Tanah Air) yang dimulai tahun 1993 dan selesai di tahun 1995 dan diresmikan oleh Bapak H.M.Soeharto presiden ke 2 RI dan juga alumni PETA.

Jenderal besar Sudirman,Presiden ke 2 RI Jenderal (purn) Soeharto,wakil presiden RI Jenderal (Purn) Umar wirahadikusumah,Menteri panglima Angkatan darat Jenderal anumerta Achmad Yani,Bapak paskibraka,Brigjen (Purn) Latief Hendraningrat,Pimpinan pemberontakan PETA di Blitar Shodancho supriyadi serta tokoh-tokoh lainnya mereka seluruhnya adalah alumnus Pembela tanah air (PETA) oraganisasi kemiliteran yang dibentuk pemerintah Jepang selama berkuasa di Indonesia.

Bogor sebagai tempat dilahirkannya prajurit garda terdepan yang gagah berani tak perlu dielakkan lagi. Berdasarkan sejarah, Jepang pernah mengeluarkan dekrit membentuk Tentara Sukarela Pembela Tanah Air (PETA) di Bogor. Alih-alih dibentuk untuk membantu Jepang melawan sekutu, PETA kemudian dijadikan sebagai korps tentara yang disiapkan untuk mencapai Indonesia merdeka oleh para pemimpin pergerakan kebangsaan.

Peran tentara PETA tidak lepas dari tanah Bogor, karena di daerah inilah untuk pertama kali pendidikan perwira PETA didirikan. Untuk mengenang Bogor sebagai kota pembela tanah air, dibangunlah monumen yang berdiri berdampingan dengan museum yang diberi nama Museum PETA. Museum PETA terletak di Jalan Jenderal Sudirman No 35, Bogor, menempati lokasi yang dahulu dijadikan tempat pendidikan kemiliteran para perwira PETA. Konon, pemilihan lokasi ini atas berbagai pertimbangan. Antara lain karena lokasinya strategis, udara yang sejuk, dukungan fasilitas, dan yang terpenting masyarakat sekitar pada saat itu juga mendukung didirikannya pusat pendidikan militer dalam usaha mencapai kemerdekaan Indonesia.

Pembangunan Museum PETA diprakarsai oleh Yayasan Pembela Tanah Air, sebuah yayasan yang menjadi tempat bersatunya mantan Tentara Sukarela Pembela Tanah Air. Pembangunan dimulai pada 14 November 1993 dan memerlukan waktu sekitar 2 tahun sebelum bangunan selesai. Pada 18 Desember 1995, Museum PETA diresmikan oleh Presiden Soeharto – yang juga merupakan mantan perwira PETA angkatan I.  

Memasuki kawasan museum, pengunjung akan disambut sebuah prasasti yang dituliskan pada dinding marmer. Tulisan bernada nasionalisme tersebut berisi sebuah pernyataan: “Bumi Pembela Tanah Air Ini Merupakan Kawah Candradimuka Keprajuritan Indonesia, Kami Datang dan Berkumpul di Bogor Tidak Saling Mengenal, Kami Berpisah sebagai Kawan Seperjuangan untuk Membela Tanah Air.”

Masuk lebih ke dalam, pengunjung akan menjumpai berbagai diorama yang menjelaskan sejarah dan perkembangan tentara PETA dalam meraih cita-cita kemerdekaan Indonesia. Selain diorama, terdapat juga koleksi pakaian dan berbagai jenis senjata yang pernah digunakan tentara PETA. Koleksi lainnya berupa foto dokumentasi sepak terjang tentara PETA hasil guntingan dari media masa pada saat itu.

Terdapat sebuah monumen di bagian belakang Museum PETA. Monumen tersebut berupa patung Daidancho Soedirman. Daidancho merupakan pangkat kemiliteran buatan Jepang. Daidancho setara dengan Komandan Batalyon (Letkol/Mayor). Di bagian yang lain, terdapat patung Supriyadi dengan gestur yang heroik, tangan kanan mengepal ke atas sementara tangan kiri menggenggam sebilah samurai.

Pahlawan Nasional yang bernama lengkap Fransiskus Xaverius Supriyadi ini mempunyai pangkat Shodancho atau setara dengan Komandan Pleton (Letnan). Beliau berperan memimpin pemberontakan tentara PETA terhadap pendudukan Jepang di Blitar pada Februari 1945. Sementara, pada dinding monumen yang berbentuk setengah lingkaran terdapat nama-nama perwira tentara PETA yang berasal dari seluruh Jawa, Bali, Madura, dan Sumatera – lengkap dengan informasi yang menerangkan fungsi dan jabatannya.

·         Bukti foto di Museum
Gerbang pintu masuk museum PETA
Description: https://pecintawisata.files.wordpress.com/2011/09/dsc_1132.jpg?w=670&h=445

*      Relief di dinding Museum
Description: https://pecintawisata.files.wordpress.com/2011/09/dsc_1129.jpg?w=670&h=445

*      Pertama memasuki Museum saya dan teman-teman kelompok di pertemukan oleh seorang pemandu, ibu ini menceritakan dari awal hingga akhir cerita awal pembentukkan museum dan sejarah PETA
Description: D:\musium PETA\S__11517964.jpg

*      Seragam pada masa awal tentara PETA zaman penjajahan negara Jepang
Description: D:\musium PETA\S__11517966.jpg

*      koleksi persenjataan yang asli peninggalan perang dari rampasan tentara Jepang maupun dari tentara sekutu baik senapan mesin,senapan panjang dan pistol yang dalam kondisi tersimpan penataan yang teratur dan rapi memudahkan pengunjung dalam menikmati koleksi yang ada disini.
Description: https://pecintawisata.files.wordpress.com/2011/09/dsc_1104.jpg?w=670&h=449

Description: D:\musium PETA\S__11517967.jpg

*      Bentuk diorama-diorama yang menggambarkan kondisi pada saat itu
Description: S__11517971.jpg


*      Foto asli tentara PETA dalam koran
Description: S__11517976.jpgDescription: S__11517975.jpg

Description: S__11517974.jpg 

Description: S__11517977.jpg


*      Foto Shodancho Ahmad Yani, Shodanco Darmaji, Shodanco Sarwo Adi Wibowo, Chudanco Suryo Sumpena
Description: S__11517980.jpg

*      Alat-alat yang digunakan tentara PETA untuk merobohkan bangunan ataupun menjatuhkan pesawat, biasanya digunakan di atas gunung untuk menembak ke gunung yang lainnya, dengan kuat dan gagah berani tentara PETA merampas senjata ini dari negara Amerika dan Jepang
Description: S__11517983.jpg

Description: S__11517998.jpg

Description: S__11517999.jpg

*      patung jenderal besar Sudirman berpakaian seragam tentara PETA berdisri atas marmer putih dan di kiri dan kanan beliau diapit 2 meriam medan dan tepat dibelakang beliau asrama tentara RI setelah mengambil patung jenderal besar Sudirman berpakaian seragam tentara PETA berdisri atas marmer putih dan di kiri dan kanan beliau diapit 2 meriam medan dan tepat dibelakang beliau asrama tentara RI setelah mengambil patung jenderal besar Sudirman berpakaian seragam tentara PETA berdisri atas marmer putih dan di kiri dan kanan beliau diapit 2 meriam medan dan tepat dibelakang beliau asrama tentara RI
Description: https://pecintawisata.files.wordpress.com/2011/09/dsc_1115.jpg?w=670&h=445

*      saya dan teman-teman kelompok juga berfoto di depan patung Jendral Sudirman

Description: S__11518011.jpg
*      Sebuah kehormatan bisa berfoto dengan TNI yang juga dengan berbaik hati menemani kami dan pemandu museum bercerita tentang sejarah PETA
Description: S__11518012.jpg

Description: S__11518013.jpg

*      Kelompok kami ada 8 orang yaitu dari kiri bawah ada Wati Mekarsari, Nadiyah Haniyati Farhana, Indri Sugiastiwi, Niken Aulia Hasanah. Dari kiri atas ada Jazmi Karami, Rio, Agung, dan Miftahul Fauzan



Description: S__11518010.jpg
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan :
Berkunjung ke Museum PETA, pengunjung akan diajak kembali ke masa pergerakan perjuangan kemerdekaan Indonesia – masa ketika sikap nasionalisme menjadi panglima melebihi sikap individualisme kelompok dan golongan. Di museum ini, pengunjung juga diajak untuk mengetahui sejarah panjang cikal bakal berdirinya TNI di Indonesia, sambil mengenang jasa para perwira tentara PETA yang telah gugur mempertaruhkan jiwa dan raganya untuk cita-cita kemerdakaan Indonesia.

Diorama Monumen dan Museum PETA yang menggambarkaan saat pasukan PETA tengah menjalani pendidikan kemiliteran di Jawa Boei Giyugun Kanbu Kyo Iku Tai (Pusat Pendidikan Perwira Tentara Sukarela Pembela Tanah Air di Jawa).

Diluar Museum ke arah belakang, terlihat Patung Panglima Besar Sudirman saat masih muda. Patung itu ada di halaman terbuka di ujung lorong tengah gedung Monumen dan Museum PETA, diapit oleh dua buah meriam lapangan.

Patung itu menggambarkan sosok Jenderal Sudirman saat masih sebagai perwira PETA. Pada dinding yang berbentuk setengah lingkaran di belakang patung Sudirman ini tercantum nama-nama perwira tentara PETA dari seluruh Jawa, Madura, Bali, dan Sumatera.

Saran:
Monumen dan Museum PETA merupakan sebuah museum yang baik untuk dikunjungi, agar menyegarkan ingatan mengenai peran dan pentingnya pendidikan kemiliteran dalam mendukung perjuangan politik menegakkan kemerdekaan RI.







Daftar Pustaka

Museum Pembela Tanah Air
asosiasimuseumindonesia.org
pecintawisata.wordpress.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar