Jumat, 15 Mei 2015

Warren Buffet

Warren Edward Buffett (lahir di Omaha, Nebraska, Amerika Serikat, 30 Agustus 1930; umur 78 tahun) adalah seorang investor danpengusaha Amerika Serikat.



Bila saja tujuh keajaiban dunia bisa ditambah dan tidak hanya terdiri dari karya arsitektur, tapi juga orang, maka Warren Buffett boleh diusulkan sebagai salah satunya. Bayangkan saja, dalam sekitar 29 tahun, ia bisa meroketkan modalnya dari 100 dolar AS menjadi 57,4 miliar dolar AS pada Mei 1999. Forbes, majalah ekonomi kelas dunia, pada 2005 menempatkan Buffett sebagai pengusaha terkaya kedua di dunia setelah William Gates alias Bill Gates pemilik Microsoft.



Jika kekayaan Gates 46,5 miliar dolar AS, maka Buffett 44 miliar dolar AS.Keping-keping uang Buffett diperoleh dari keuntungan sesudah membeli perusahaan-perusahaan terdaftar di pasar modal yang dapat diakses setiap investor.



Setelah selama 13 tahun berada pada posisi manusia paling kaya sejagad, akhirnya dominasi Bill Gates harus tergeser oleh Warren Buffett sebagai manusia paling kaya di dunia versi majalah Forbes. Kekayaan Buffett sekitar US$ 62 miliar. Posisi nomor dua manusia paling kaya didunia diduduki Carlos Slim HelĂș, seorang jutawan dari Meksiko dengan kekayaan US$ 60 miliar. Sedangkan Bill Gates posisinya turun ke urutan ke 3 dengan kekayaan US$58 miliar.



Pada tahun 2007, kekayaan Buffett naik sebanyak US$ 10 miliar dari nilai sebelumnya US$ 52 miliar menjadi US$ 62 miliar, nilai kekayaan tersebut setara dengan Rp 570 triliun. Semua kekayaan Buffett tersebut dihitung berdasarkan nilai sahamnya di perusahaan Berkshire Hathaway dan aset lainnya yang dimilikinya. Warren Buffett, seorang pebisnis dan investor yang memiliki ketajaman pikiran yang diumpamakan Albert Einstein, Picasso dan Croesus digabungkan dalam satu tubuh. Ya, Warren Buffett yang sering disebut “Oracle from Omaha” ini telah menggeser dominasi Bill Gates, seorang pendiri raksasa piranti lunak Microsoft, yang telah mendominasi daftar orang terkaya di dunia selama kurang lebih 13 tahun.



Sebenarnya bisa saja Bill gates tetap berada di singgasananya tahun ini, namun langkahnya menawar Yahoo! pada bulan Februari yang lalu ternyata diragukan pasar, dan hal ini mengakibatkan turunnya nilai saham Microsoft sampai 13%. Otomatis kekayaan Bill Gates yang masih tertumpu di Microsoft tersebut juga ikut tergrogoti. Jika pada pada tahun 2007 harta Buffett naik sebanyak US$ 10 miliar, maka kekeyaan Bill Gates hanya naik sebanyak US$ 2 miliar menjadi US$ 58 miliar.



Kisah tentang Sang Bijak dari Omaha ini dapat ditemukan dimana-mana. Sangat banyak buku yang membahas langkah investor papan atas ini. Langkah-langkah bisnisnya sangat mempesona dan cerdik sehingga selalu menjadi buruan para wartawan bisnis dan selalu menjadi perhatian para investor perorangan. Begitu banyak pula media yang telah menulis tentang sosoknya. Yang menarik hampir setiap langkah yang diambil Buffet adalah sebuah langkah investasi, dengan membeli saham perusahaan.



Tahun lalu sempat muncul rumor di milis investor perorangan bursa Jakarta, bahwa sang investor fundamental Warren Buffett “berbelanja” saham di Bursa Efek Jakarta. Segera saja para anggota milis menebak saham apa kira-kira yang akan diborong investor kelas wahid tersebut. Selain itu, ditoko-toko buku dapat ditemukan beberapa buku panduan investasi yang mengupas cara-cara sukses melakukan investasi ala Buffett.



Pria kelahiran 30 Agustus 1930 di Omaha, Nebraska yang sudah secara total berkecimpung di bursa, boleh disebut sebagai salah seorang ikon pasar modal. Perjalanan karier suami almarhumah Susan Buffett di pasar modal sungguh panjang. Setelah menempuh studi untuk mendapat gelar master di Columbia Graduate Business School, pada 1951-1954, Buffett bekerja sebagai salesman investasi di Omaha. Sesudah itu, pria yang mendapat gelar kehormatan The Sage of Omaha (Orang Pandai dari Omaha) dari warga Kota Omaha, pindah ke New York untuk bekerja sebagai analis sekuritas di Graham-Newman Corporation.



Buffett tak lama bekerja di perusahaan milik Benjamin Graham, salah seorang yang dianggap Buffett sebagai maha guru pasar modal. Sebab pada 1956-1969 bermodalkan US$ 100 dia mengelelola dana milik orang-orang kaya Nebraska di Omaha. Perusahaan investasi yang sukses itu akhirnya dijual dan dibubarkan. Para investornya tersenyum puas karena rata-rata mengantongi keuntungan 30,4 persen per tahun.



Langkah awal Warren Buffet yang strategis adalah di tengah menjalankan fungsi sebagai manajer investasi itu, pada 1965 Buffett membeli Berkshire Hartaway seharga US$ 8 per lembar. Tiga tahun kemudian, ia berhasil menjadi pemegang saham terbesar perusahaan tersebut. Dengan cerdik, ia memutar uang perusahaan yang menganggur dalam bentuk investasi, misalnya dengan membeli perusahaan asuransi, perusahaan permata, utilitas dan makanan melalui Berkshire Hathaway. Di tangan Buffett, perusahaan itu terus meroket. Selama lebih dari 34 tahun para pemegang saham memperoleh tingkat pengembalian tahunan sekitar 24,7 persen. Artinya, siapa saja yang menanam 10 ribu dolar AS pada 1965, maka nilai kekayaannya menjadi 51 juta dolar AS pada 1999. Luar biasa. Kini, setelah 46 tahun, saham kelas A Berkshire Hathaway telah meroket luar biasa, dan sempat mencapai US$ 150.000 per lembar saham. Melalui perusahaan ini pula, ia dapat menguasai saham beberapa perusahaan kelas dunia (walau tidak menjadi pemegang saham pengendali) seperti pada Coca Cola, Anheuser-Busch, WellFargo dan Kraft Food. Langkah bisnis terbarunya, pada desember 2007 lalu ia mengakuisisi perusahaan manufaktur dan jasa , Momon Holding dengan nilai US$ 4,5 miliar.



Pasar bertugas melayani Anda bukan membimbing Anda. Dompetnya dan bukan kearifannya yang Anda butuhkan, katanya suatu saat.



Strategi investasinya sederhana. Dia tak ingin dipusingkan oleh rumor yang setiap hari berseliweran dikalangan para investor saham. Warren Buffet berfokus pada perusahaan yang punya potensi untuk berkembang, tetapi masih berharga murah untuk dibeli. Langkah investasi Buffet sangat berbeda dari langkah George Soros, sang spekulan valas (forex) kelas kakap, yang pernah diisukan sebagai orang yang bertanggungjawab atas merosotnya nilai tukar rupiah terhadap US$ pada tahun 1998 dan menyebabkan Indonesia Krismon bahkan perdana menteri malaysia saat itu Mahatir Muhammad sangat beramterhadap Soros karena dianggap penyebab krismon di ASEAN.Seorang spekulan saham biasanya : Beli saat harga rendah, berharap dan menunggu, lalu jual kembali saat harga tinggi. Spekulan saham lebih fokus bermain untuk jangka pendek dan mendapatkan gain/ keuntungan berupa selisih dari harga jual di kurangi harga beli. Robert T kiyosaki sendiri menyebut investor jenis ini sebenarnya bukan investor yang melakukan investasi, tetapi lebih mirip penjudi dipasar saham (spekulasi). Investor jenis juga ini dikenal sebagai investor “ji-go-bur”, investor yang jika sudah mendapatkan keuntungan ala jigo-gocap, beli saham pada harga Rp 25 lalu jual kembali pada harga Rp 50, bahkan spekulan saham seringkali membeli saham di pagi hari dan menjualnya di sore hari.



Keputusannya melakukan investasi didasarkan pada nilai intrinsik perusahaan, tidak pada kenaikan harga saham yang didongkrak alias “digoreng”.



Warren Buffett memegang saham (melakukan investasi) dalam jangka panjang dan tidak melakukan transaksi jual beli saham dalam jangka pendek. Mungkin banyak orang yang belum tahu satu hal yang selalu dilakukan Warren Buffett dan menjadi pertimbangannya dalam membeli saham sebuah perusahaan, yaitu melihat apakah cerobong asap perusahaan masih mengepul, baginya ini merupakan salah satu indokator perusahaan tersebut benar-benar masih eksis dan operasional.



Selain itu, Warren Buffett hanya mau melakukan investasi pada perusahaan yang bisnis atau produknya ia kenal dengan baik. Warren Buffet tidak pernah menggunakan prinsip “membeli saham” tetapi “membeli bisnis” (buying a business not share).



Ia membeli saham coca-cola dan tidak pernah menjualnya, walau saham Coca-Cola sempat jatuh pada tahun 1998-1999, ia tetap melihat pada tren jangka panjang dan tetap memertahankan saham Coca-Cola hingga saat ini.



Itulah sebabnya, ia tidak pernah mau membeli saham Microsoft atau perusahaan dotcom. Pada saat tahun 2.000 – an bisnis internet booming, eforia melanda semua orang di pasar saham dan beramai-ramai membeli saham dotcom. Tetapi Waren Buffett tidak ikut-ikutan membeli saham dotcom seperti halnya investor lain. Walaupun ia pernah ditertawakan investor lain karna ia tidak mau membeli saham dotcom seperti yang lainnya, sekarang justru ia yang tertawa paling akhir karena ternyata sebagian besar investasi di dotcom tersebut hangus. Ia selamat dari badai dotcom awal tahun 2.000-an karena ia tidak mengenal bisnis dotcom dan oleh karenanya tidak berinvestasi disana. Ia bukan seoran investor yang ikut-ikutan, tetapi memiliki pertimbangan bisnis sendiri didalam dirinya. Saham perusahaan berbasis internet seperti Global Crossing dan Etoys.com pernah mencapai US$ 80 per unit, namun sekarang saham-saham tersebut sudah tidak berharga. Tentu saja penilaian warren Buffet tidak cocok pas untuk saham Google.



Warren Buffett dalam membeli sebuah saham perusahaan yang masuk dalam kreterianya, tidak pusing dengan tabel, rumus grafis dan analisis teknikal. Hal yang lebih di analisanya adalah fundamantal perusahaan tersebut. Buku favoritnya ialah The Intelligent Investor karya Ben Graham, gurunya. menurut Graham, berinvestasi adalah berkenaan dengan bagaimana memahami gambaran besar, dan bukan terpaku pada detail-detail teknis.



Dua guru Warren Buffett mengaku mengagumi pula, selain Benjamin Graham, Philip Fisher. Dua orang yang dianggap sebagai maha guru oleh Buffett memiliki karakter investasi yang berbeda. Graham lebih dikenal dengan strategi investasi nilai. Saat memilih saham, Graham selalu mendasarkan pada analisis fundamental keuangan perusahaan dan strategi diversifikasi. Artinya, Graham menekankan pada kriteria kuantitatif, selalu mencari saham yang harga pasar jauh di bawah harga wajar. Sebaliknya, Philip Fisher lebih menekankan pada kriteria kualitatif. Menurut Fisher, sebelum membeli saham sebuah perusahaan, lihat dulu tim manajemen pengelolanya, bagaimana cara perusahaan tersebut dikelola. Buffett melihat, ada kesamaan dari kedua orang pakar tersebut. Keduanya sukses dan sama-sama berpikir jangka panjang untuk setiap investasi. Graham misalnya menganjurkan agar investor memilih saham yang layak dipegang, meski pun pasar saham mendadak tutup besok. Sedangkan Fisher memberi contoh lewat cara dia memegang saham Texas Instrument, yang dibeli sejak awal perusahaan tersebut melakukan private placement. Nah, Buffett sang brilian, mencoba menggabung strategi Graham dan Fisher.



Selalu Menciptakan Nilai Tambah
Perusahaan yang dibelinya akan diperbaiki sebaik mungkin, fundamental bisnisnya ditingkatkan sehingga kinerja keuangannya semakin sehat dan baik. Perusahaan yang sebelumnya akan gulung tikar, olehnya bisa dirubah menjadi perusahaan seksi yang ibarat gula yang sangat menarik untuk dikerubuti oleh para investor. Jangan heran jika harga saham Berkshire Hathaway – – perusahaan yang digunakan sebagai alat untuk membeli banyak perusahaan – – harga sahamnya terus meningkat di pasar modal.



Namun, strategi bisnis Warren Buffett yang didasarkan pada kesabaran dan ketelatenan itu mungkin lebih cocok diterapkan pada negara dimana bursa sahamnya memiliki sistem yang bagus dan kuat, dimana kontrol pengawas harus kuat dan selain itu emiten (perusahaan penerbit saham) haruslah jujur. Namun dibeberapa bagian dunia ini tidak semua sistem bursa sahamnya bagus dan kuat, karena ada yang pengawas bursanya bisa disuap dan berisi perusahaan yang tidak kredibel.



Inti Dari Cara Buffett Memilih Saham



*. Buffett selalu membeli perusahaan yang bisnisnya sederhana dapat dipahami. Perusahaan memiliki kinerja masa lalu yang konsisten dan juga memiliki prospek jangka panjang yang menjanjikan. Dasar inilah yang membuat Buffett tidak mau masuk ke Microsoft. Jika Anda tak memahami bisnis suatu perusahaan, Anda tak dapat membuat penilaian rasional terhadap nilai investasinya. Selain itu, manajemen perusahaan harus memiliki tiga persyaratan, yaitu harus rasional, terbuka kepada pemegang saham, tidak meniru manajemen perusahaan lain dan harus mengalokasikan uang perusahaan ke investasi yang memiliki nilai tambah bagi pemegang saham.



*. Buffett akan membeli perusahaan yang tingkat pengembalian ekuitas (ROE) bagus, bukannya pendapatan per saham. Selisih laba mesti tinggi dan setiap dolar yang ditahan oleh perusahaan, perusahaan dapat menciptakan minimal sedolar nilai pasar perusahaan.



*. Buffett hanya membeli saham jika harganya menarik. Maksudnya, adalah saat harga saham jatuh ke bawah harga wajar hasil analisis, dengan dasar perusahaan itu beroperasi terus dan sehat. Selisih harga pasar dan harga wajar ini berfungsi sebagai marjin aman (margin of safety), yang dapat mengurangi kerugian karena salah hitung. Marjin ini juga jadi salah satu sumber keuntungan jika saham kembali ke harga normal.



Kekayaan Warren Buffett yang luar biasa banyak itu tidak terkumpul dalam satu dua tahun. Tetapi dimulai dari masa mudanya, dimana dia mulai memutar otak dalam mengembangkan asetnya. Kemampuan finansialnya sudah terasah sejak kecil, pada waktu anak-anak sebayanya senang bermain sepakbola. Dan dia adalah seorang individu yang bisa mengambil pelajaran dari masa kecilnya.



Warren Buffet kecil, pada saat berusia enam tahun, membeli 6 Coca-Cola dari toko kakeknya seharga 20 sen. Dan kemudian dia menjual kembali kaleng-kaleng bekas minuman tersebut dengan harga nikel dan mendapatkan untung sebesar 5 sen.



Anak dari tiga bersaudara ini mulai menciptakan “nilai tambah”. Misalnya, pada usai 11 tahun, ia nyambi sebagai seorang loper koran. Tetapi dia mengunakan sebagian waktunya untuk mengelilingi lapangan golf, mencari bola golf yang hilang, lalu kemudian menjual bola golf yang dia temukan kepada para pemain golf disekitar lapangan golf tersebut dengan harga murah.



Masih pada usia 11 tahun, Warren Buffett mendapatkan pelajaran penting dalam berinvestasi, yaitu : BERSABARLAH ! Ceritanya begini, pada saat ia membeli saham pertamanya, berupa tiga unit saham Cities Service Preferred dengan harga US$ 38,25 per saham untuk dia dan kakaknya, Doris. Beberapa waktu setelah membeli saham tersebut, ternyata harga saham tersebut malah berkurang menjadi US$ 27 per saham. Dengan perasaan was-was dan penuh kesabaran ia menunggu harga saham tersebut naik dan tidak mengalami kerugian, dan perlahan-lahan harga saham tersebut kembali naik dan pada saat harga saham tersebut mencapai US$ 40, ia menjualnya.



Dengan demikian ia mendapatkan untung hampir US$ 2 per lembar. Namun, kemudian ia menyesal, karena ternyata harga saham Cities Service Preferred terus meroket mencapai US$ 200 per sahamnya. Dari kejadian tersebut dia mendapatkan pelajaran untuk tidak terburu-buru menjual sahamnya.



Pada saat berusia 14 tahun dan masih berada di bangku SMA, sambil bekerja ia bisa menghasilkan US$ 1,200, uang tersebut digunakannya untuk membeli tanah pertanian seluas 40 ha, setelah itu tanah tersebut ia sewakan kepada petani lokal. Dengan demikian ia sudah dapat menciptakan passive income dari sewa tanah tersebut.



Kedemawanan sangat tinggi



Kematian orang yang dicintai sering kali membawa dampak yang besar kepada orang yang ditinggalkan. demikianlah yang terjadi kepada orang terkaya nomor 1 di dunia tahun 2008, Warren Buffet. setelah Susan, istrinya meninggal tahun 2004 lalu, Buffet merasa hidupnya kosong. ia mengaku shock dengan kematian istrinya yang saat itu berusia 72 tahun. Ia hampir tidak pecaya ketika Tuhan memanggil istrinya. Sejak saat itu ia terus berpikir bagaimana ia dapat hidup dengan bahagia dan tentram salama sisa hidupnya. Setelah berbulan-bulan merenung, Buffet membuat keputusan yang sangat mengejutkan semua orang, yaitu menyumbangkan hampir 85% harta yang ia miliki.



Pada bulan Juni 2006, Warren Buffett mendermakan 10 juta sahamnya di Berkshire senilai US$ 30,7 miliar alias sekitar 300 triliun rupiah, hampir separo anggaran belanja negara (APBN) kita tahun 2007 kepada yayasan Bill & Melinda Gates yayasan ini mendedikasikan kegiatannya untuk memberantas kemiskinan dan memajukan pendidikan negara dunia ketiga. Selain itu, ia juga menyumbangkan hartanya berupa saham di Berkshire sebesar US$ 6,7 miliar untuk yayasan Susan Thompson Buffett.



Ia juga memberikan donasi untuk calon presiden dari partai demokrat Amerika, Barrack Obama dan Hillary Clinton. Tidak ada alasan lain bagi Buffet untuk menyumbangkan hartanya itu selain pesan istrinya. Sebelum meninggal, istrinya memang sempat memberikan amanat agar ia mau berbagi kekayaannya kepada irang yang membutuhkan.. Jumlah sumbangan amal Buffett tercatat sebagai sumbangan terbesar dalam sejarah Amerika.



Sebenarnya Buffet bisa saja menyumbangkan dananya kepada yayasan Buffet Foundation yang ia dirikan, namun ternyata pria 75 tahun ini lebih memilih kekayaannya pada Gates Foundation. “saya sangat mengenal Bill dan Melinda. Saya sering menghabiskan waktu bersama mereka. Dan selama ini, saya mulai mengagumi apa yang mereka lakukan dengan yayasan mereka itu. Bill membaca ribuan halaman tentang kemajuan medis dan cara memberikan bantuan tiap tahunnya, saya megenal dua orang yang sangat sukses dan saya tahu apa yang mereka lakukan. Saat itu, saya sadar telah menemukan kendaraan yang tepat untuk mencapai tujuan saya”. Ujarnya.



Pria sederhana



Warren Buffett walau menjadi manusia terkaya sejagad tetap sederhana dan tinggal di kawasan Dundee, Omaha, yang dibeli olehnya pada tahun 1958. Ia juga bersahabat baik dengan pasangan Bill dan Melinda Gates.



Sesungguhnya Warren Buffett pernah berjanji untuk menyumbangkan kekayaannya setelah ia meninggal. Namun, tampaknya ia bertindak lebih cepat dari dugaan, karena Dengan hartanya yang begitu melimpah, Buffett bisa saja hidup semewah mungkin di mana saja yang ia maui. Namun ia memilih hidup sederhana di rumah yang dibelinya empat dekade lalu di Omaha. Menurut majalah Adbuster (http://adbusters.org/the_magazine/61/Avarice_As_An_Art.html), ia hanya punya dua jet pribadi dan satu yacht mewah untuk untuk ber-glamour-ria. Kalah jauh dibanding kemewahan para pebisnis dan pesohor lain yang kekayaannya justru terpaut jauh di bawahnya.



Buffet sama sekali tidak pernah ingin mewariskan kekayaannya kepada anak-anaknya. Ia ingin anak-anaknya sukses dengan usaha sendiri dan bukan mengandalkan kekayaan orang tua mereka. “Bukan hal rasional dan benar untuk membanjiri mereka dengan uang. Kalau anda melakukan itu, mereka akan menjadi besar kepala dan hanya mengandalkan warisan dari orang tuanya” kata Buffet.



Ia pun berkonsultasi dengan anak-anak dan orang terdekatnya akan rencananya menyumbangkan 85% dari kekayaannya. Berat untuk diterima bagi keluarganya, karena hal ini akan mendatangkan perubahan besar bagi keluarganya. Namun keluarganya pun mengerti keputusan sang ayah.



Ia berharap tindakannya itu mengilhami orang kaya yang bergemilang harta untuk mengikuti dia. “ supaya harapan kecil bahwa yang saya lakukan ini mendorong orang yang sangat kaya lainnya untuk mengembangkan sikap cinta terhadap sesama dan suka menderma”. Katanya.



Buffet mengaku sudah cukup puas dengan apa yang ia miliki sekarang dan apa yang ia sudah pernah rasakan sampai saat ini. “ ini bukanlah hal gila seperti seorang yang mati dengan membawa 1 miliar dolar kedalam liang kuburnya. Satu masalah yang dihadapi sebagian orang kaya adalah ketika mereka sudah tua. Saat itu, mereka sudah tidak berada di tahun kejayaan mereka dan tidak punya banyak waktu lagi untuk mengalokasikan uang mereka. Saya sangat beruntung karena saat ini saya masih bisa bertindak seperti orang yang lebih muda,” katanya. “ saya menjadi kaya bukan karena punya tambang emas atau warisan. Tapi semua itu lahir karena kerja keras dan keterampilan yang benar di tempat yang tepat pada waktu yang tepat pula,” kenangnya.
 
 
sumber: http://kisahsukses818.blogspot.com/2012/10/warren-buffet.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar